PT Intiland Development Tbk (DILD) berkomitmen dalam penerapan environment, social, and good governance (ESG) sebagai upaya bisnis yang berkelanjutan.
Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Theresia Rustandi mengatakan perusahaan sangat berkomitmen dalam pembangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal itu terlihat pada 2021 jumlah gedung bersertifikat hijau yang dimiliki Intiland hanya 3 gedung. Namun jumlah tersebut bertambah menjadi 12 gedung hijau saat ini.
“Kami merancang gedung dengan Intiland sustainable guideline yang menjadi pedoman divisi planning dalam merancang sebuah kawasan. Dari pedoman ini, konsultan arsitek yang kami hire ada kelebihan yang ditambah dalam proyek, seperti contohnya gedung South Quarter yang ada di TB Simatupang yang secara desain ramah lingkungan tapi juga punya sertifikat hijau dari Green Building Council Indonesia (GBCI) dan Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC),” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (28/5/2025).
Wakil Direktur Utama Intiland Development Utama Gondokusumo menuturkan ESG merupakan sebuah benchmark dalam beberapa tahun terakhir sehingga perusahaan berkomitmen dalam penerapannya di semua proyek Intiland
Menurutnya, adanya sertifikasi hijau yang dimiliki oleh sebuah gedung seperti South Quarter yang memperoleh EDGE dapat mengukur kinerja efisiensi sehingga memberikan benefit tersendiri bagi tenant perkantoran. Penerapan ESG telah dilakukan sejak dari procurement sebuha proyek dimana perusahaan sangat concern dalam mencari solusi mengefisiensikan waste material bangunan. Adapun material konstruksi bangunan memberikan waste tersendiri sebesar 70%
“Contohnya proyek Fifty Seven Promenade dimana jika kaca dengan dimensi ternentu datang maka ada waste sekitar 34%, lalu kami kerjasama dengan manufacturing untunk custom dengan dimensi besar dan tentu harga yang lebih mahal namun wastenya hanya tinggal 5%. Cost untuk pembelian kaca dan instalasi ini bisa turun, ini kami coba segala macam, tidak hanya desain, elektrifikasi, tetapi juga procurementnya,” katanya.
Kendati demikian, pihaknya tak menampik proyek properti yang mengusung ramah lingkungan dan ESG ini belum terserap dengan baik di pasar. Pengembang pun harus memilih cara menjual atau menyewakan produk properti hijau dengan harga yang sesuai dengan pasar.
Source : hijau.bisnis.com